Jakarta, CNN Indonesia —
Tujuh belas warga Kampung Kebon Kalapa di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan mengalami keracunan makanan setelah mengonsumsi jamur pada malam hari Selasa (24/12). Dari jumlah tersebut, tujuh orang harus dirawat di rumah sakit.
“Dari 17 warga di Desa Limusnunggal, Kecamatan Bantargadung, tujuh orang yang mengalami keracunan dilarikan ke RSUD Palabuhanratu untuk mendapatkan perawatan intensif karena kondisinya yang lemah,” ungkap Syihabudin, anggota Tim Respons Bencana Bantargadung (P2BK), seperti yang dilaporkan oleh Antara pada hari Rabu (25/12).
Syihabudin menambahkan bahwa dari tujuh pasien yang dirawat di rumah sakit, satu berada dalam kondisi kritis, sementara enam lainnya menunjukkan tanda-tanda membaik.
Selain itu, sepuluh korban lainnya menerima perawatan rawat jalan dan mulai pulih. “Mereka masih merasa lemah akibat kehilangan cairan yang cukup banyak,” tambahnya.
Saat ini, petugas dari Dinas Kesehatan Sukabumi, Puskesmas Bantargadung, dan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan Bantargadung (Forkopimcam) sedang berada di lokasi untuk memantau situasi terkait insiden keracunan masal ini.
Syihabudin menjelaskan bahwa keracunan masal ini bermula ketika seorang warga setempat pulang dari ladang membawa sejumlah besar jamur, yang kemudian dibagikan kepada anggota keluarga dan tetangga.
Jamur yang tumbuh di atas kayu yang membusuk dan daun tersebut langsung dimasak oleh penerimanya.
Tak lama setelah mengonsumsinya, mereka yang makan jamur mulai merasakan gejala seperti demam, pusing, mual, dan dalam beberapa kasus, kehilangan kesadaran.
“Polisi bersama Dinas Kesehatan Sukabumi telah mengambil sampel jamur yang dikonsumsi oleh para korban. Warga Kampung Kebon Kalapa mengenali jamur tersebut sebagai Supa Laja,” ujar Syihabudin.
Raditya Nugraha, dokter gawat darurat di RSUD Palabuhanratu, mencatat bahwa tujuh orang yang dirawat di rumah sakit menunjukkan gejala serupa, termasuk mual, muntah, menggigil, dan berkeringat, dengan satu pasien mengalami shock parah.
“Semua korban telah diberikan obat-obatan khusus untuk mempercepat proses pemulihan mereka,” jelas Raditya.
(tim/tsa)
[Gambas:Video CNN]